Selasa, 13 Januari 2015

Anak Ndeso Pemimpin Perusahaan Multinasional

Prinsipal kartu kredit (credit card principal) adalah lembaga-lembaga atau perusahaan-perusahaan yang menjalankan transaksi pembayaran kartu kredit. Transaksi ini bisa bersifat nasional (regional) atau bahkan Internasional. Di dunia kita pernah mengenal beberapa prinsipal kartu kredit. Untuk pasar Indonesia itu sendiri mungkin saat ini prinsipal yang paling dikenal adalah VISA dan MasterCard. Jadi dengan kata lain yang dimaksudkan prinsipal kartu kredit itu bukanlah bank penerbit kartu kredit melainkan semacam logo atau merek kartu kredit yang diterbitkan oleh bank tersebut. Tanpa ada logo seperti ini, kartu kredit tidak bisa dipergunakan sebagaimana mestinya. Tentu saja untuk mendapatkan logo seperti ini para penerbit kartu kredit harus bekerjasama dengan prinsipal kartu kredit itu sendiri.
Kalau kartu kredit yang Anda miliki saat ini adalah VISA, maka perusahaan bernama VISA inilah yang menjadi prinsipal kartu kredit Anda. Meski bisa saja kartu kredit Anda dikeluarkan oleh Citibank, BCA, Bank Mega, Mandiri, dsb. Kalau saat ini kartu kredit di dompet Anda adalah Mastercard, maka perusahaan bernama MasterCard inilah yang menjadi prinsipal kartu kredit Anda. Meski bisa saja kartu kredit MasterCard Anda dikeluarkan oleh bank HSBC, Bank Permata, Standard Chartered Bank (SCB), dsb. Karena VISA dan MasterCard menjadi perusahaan yang mengatur dan mengurus transaksi Anda. Jadi boleh dikatakan tanpa adanya prinsipal kartu kredit, sebuah kartu kredit tidak bisa diterbitkan dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Prinsipal kartu kredit bisa saja bank itu sendiri atau mungkin sebuah perusahaan jasa biasa. Sebab kita tahu bahwa perusahaan bernama VISA ini asal mulanya memang dari lembaga perbankan itu sendiri. 
Rencana perbankan Indonesia untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri dalam sistem pembayaran kartu kredit sudah dimulai di tahun 2010. Namun demikian sampai awal tahun 2015 ini rencana itu tidak pernah terwujud padahal jumlah pengguna kartu di Indonesia hampir mendekati angka 150 juta kartu.
Salahsatu bank yang dalam waktu dekat akan mendirikan prinsipal lokal kartu kredit adalah Bank Central Asia. Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, mengatakan tengah menggodok pembentukan prinsipal lokal. Targetnya, prinsipal kartu kredit tersebut meluncur tahun depan.
Sejatinya, menjadi prinsipal kartu kredit bukan hal baru bagi BCA. Selama ini BCA sudah memiliki BCA Card. Bahkan, BCA Card sudah bisa digunakan di Singapura. Tapi, jaringan ini hanya bisa digunakan BCA sendiri.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Ronald Waas, menyatakan, BI mendorong perbankan lokal membentuk prinsipal lokal kartu kredit. Peluang dan potensi pasar kartu kredit masih besar.
Lihat saja, nilai transaksi kartu kredit per tahun mencapai Rp 180 triliun, sekitar 90% merupakan transaksi domestik. "Sehingga lebih baik punya domestic brand kartu kredit," kata Ronald.
Dengan kehadiran prinsipal lokal, biaya transaksi kartu kredit menjadi lebih murah. Direktur Eksekutif Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), Dodit Probojakti, mengatakan biaya transaksi lebih efisien. Bank tidak perlu membayar royalti ke prinsipal kartu kredit asing.
Namun demikian rencana tersebut sampai saat ini belum terwujud. Prime Access Card, sebagai salahsatu pemain di jaringan transaksi berusaha mewujudkan mimpi bangsa Indonesia untuk keluar dari penjajahan transaksi keuangan tersebut dengan melaunching Prime Access Card yang mengusung tagline Shopping, Saving, Secure.
Proyek maha karya ini setidaknya melibatkan lebih dari 15 perusahaan multi nasional dari 10 negara yang punya peran masing masing, mulai dari pencetak kartu, penyedia server, produsen EDC, penyedia lalu lintas data dan lain sebagainya dengan total investasi puluhan triliun.
Adalah Widya T Harjono, sosok anak desa yang saat ini menjabat sebagai President and CEO Prime Access Card, sosok dibalik kelahiran prinsipal kartu kredit dan kartu debit asli Indonesia ini. Ndeso kata orang Jawa, itulah kesan pertama yang akan muncul ketika kita bertemu dengan beliau. Namun demikian apabilakita sudah berbincang banyak, kita akan tahu bahwa beliau seorang yang sangat visioner dan berwawasan luas, meskipun umurnya baru 36 tahun.  Beliau menyelesaikan studi S1 dari Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan Manajemen pada tahun 1996 dan melanjutkan S2 Magister Manajemen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Wiwaha Yogyakarta pada tahun 2012. 
Widya T Harjono mengawali karirnya sebagai marketing di PT Indofutop Jakarta setelah lulus dari S1 Manajemen Universitas Sebelas Maret pada tahun 2000. Perusahaan ini bergerak dalam bidang perdagangan futures dan option.
Keluar dari PT Indofutop, beliau masuk ke PT Nusa Surya Ciptadana sebagai Marketing Officer pada tahun 2004. Perusahaan ini bergerak dalam bidang pendanaan kredit sepeda motor Honda. 
Untuk menambah pengalaman ia memutuskan diri untuk mengikuti Retooling Program yang dilaksanakan oleh United Nation Development Program (UNDP) dengan penempatan di PTPN IX Ngobo Semarang pada tahun 2005.
Pekerjaan sebagai karyawan ternyata tidak menjadikannya berpuas diri dan merasa kurang berkembang. Dengan modal yang dikumpulkan selama menjadi karyawan, beliau memutuskan diri untuk mendirikan CV. Anugrah Niaga yang bergerak dalam bidang distribusi consumer good pada tahun 2006.
Kesibukannya di CV. Anugrah Niaga tidak menjadikannya lupa akan tekad untuk membangun bangsanya. Dengan berbekal tekad yang kuat, bersama dengan beberapa rekannya mendirikan CESSEE (Center for Entrepreneurship and Small Medium Enterprise Assistance) dengan home offfice di Sleman Yogyakarta. Melalui lembaga ini beliau mengajar dan memberikan konsultasi serta motivasi UMKM di seluruh wilayah Indonesia khususnya Jawa Tengah dan sekitarnya mulai tahun 2007 sampai dengan 2013. Di lembaga ini Widya T Harjono menjabat sebagai Direktur Eksekutif. Tahun 2013 beliau mengundurkan diri dari CESSEE untuk focus pada beberapa perusahaan yang dipimpinnya.
“Kita harus keluar dari penjajahan transaksi keuangan yang sebenernya kita bisa dan mampu untuk itu. Tugas saya hanya meyakinkan kepada bangsa Indonesia” , demikian kata Widya T Harjono di kantornya. Anda ingin mendukung beliau untuk keluar dari penjajahan transaksi keuangan? Silahkan share tulisan ini.

Senin, 15 September 2014

Apapun Kartu Anda, Dari Bank Manapun Penerbitnya Upgarde ke Prime Access Card, GRATIS

Apapun Kartu Anda, Dari Bank Manapun Penerbitnya Upgarde ke Prime Access Card, GRATIS
Prime Access Card menawarkan semua kelebihan yangbelum pernah Anda dapatkan pada kartu dari prinsipal lain.

Discount sampai dengan 80% di 50 juta jaringan kami
Traksaksi sampai dengan 360 trilyun perjam
Informasi paling uptodate dari setiap merchant jaringan kami

Untuk upgrade silahkan kunjungi bank penerbit kartu Anda dan mintalah kartu Anda untuk diganti dengan Prime Access Card

Sementara baru berlaku untuk bank bank tertentu, segera semua bank menggunakan Prime Access Card.

Please visit www.primeaccesscard.com

Minggu, 22 Desember 2013

Prime Access Card, Embrio Lahirnya Prinsipal Kartu Debit dan Kartu Kredit di Indonesia

Mulai tahun depan, perbankan Indonesia bakal menjadi tuan rumah di negeri sendiri dalam sistem pembayaran kartu kredit. Kalau tak ada aral melintang, Indonesia akan memiliki prinsipal lokal kartu kredit, menyusul Singapura dan Malaysia.
Dengan brand Prime Access Card, sebuah perusahaan yang berbasis di Menara BEJ Jakarta berencana melaunching produk yang diharapkan menjadi embrio lahirnya prinsipal kartu kredit dan kartu debit multinasional baru. Widya T Harjono, Chief Executive Officer Prime Access Card mengatakan bahwa Prime Access Card saat ini masih dalam tahap pengembangan. Namun demikian, meskipun dalam tahap pengembangan, pengguna Prime Access Card sudah dapat menggunakan kartu tersebut pada merchant dengan jaringan Visa dan juga MasterCard.

Prinsipal kartu kredit merupakan lembaga yang menjalankan pembayaran, sekaligus memiliki jaringan kartu kredit. Selama ini, prinsipal kartu kredit yang beroperasi di Indonesia adalah prinsipal, asing seperti MasterCard dan Visa.
Kehadiran Prime Access Card diharapkan menjawab kabar yang beredar akan hadirnya prinsipal kartu kredit lokal. Sebelumnya Bank Central Asia (BCA) dalam waktu dekat akan mendirikan prinsipal lokal kartu kredit. Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, mengatakan tengah menggodok pembentukan prinsipal lokal. Targetnya, prinsipal kartu kredit tersebut meluncur tahun depan.
Sejatinya, menjadi prinsipal kartu kredit bukan hal baru bagi BCA. Selama ini BCA sudah memiliki BCA Card. Bahkan, BCA Card sudah bisa digunakan di Singapura. Tapi, jaringan ini hanya bisa digunakan BCA sendiri.
Sebelumnya, BCA juga berpengalaman "membagi", melalui jaringan ATM Prima. Sebelum bernama ATM Prima, jaringan itu bertajuk ATM BCA.
BCA tak sendirian menjadi prinsipal lokal yang melayani  penerbit kartu kredit lain. Jahja mengatakan, BCA akan menggandeng bank lain mendirikan prinsipal kartu kredit. Prinsipal kartu kredit juga tak akan memakai nama BCA. Sayang, Jahja enggan menyebut bank yang akan diajak berkongsi. "Kami masih tahap penjajakan," kata Jahja.
Bank lain yang berencana mendirikan prinsipal lokal adalah Bank Mandiri. Tardi, EVP Coordinator Consumer Finance Bank Mandiri, mengatakan tengah mempelajari pembentukan prinsipal kartu kredit.  "Bank Mandiri sebaiknya bersama dengan bank lain dalam membentuk prinsipal lokal," imbuh Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Ronald Waas, menyatakan, BI mendorong perbankan lokal membentuk prinsipal lokal kartu kredit. Peluang dan potensi pasar kartu kredit masih besar.
Lihat saja, nilai transaksi kartu kredit per tahun mencapai Rp 180 triliun, sekitar 90% merupakan transaksi domestik. "Sehingga lebih baik punya domestic brand kartu kredit," kata Ronald.
Dengan kehadiran prinsipal lokal, biaya transaksi kartu kredit menjadi lebih murah. Direktur Eksekutif Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), Dodit Probojakti, mengatakan biaya transaksi lebih efisien. Bank tidak perlu membayar royalti ke prinsipal kartu kredit asing. Namun, BI harus menyiapkan aturan main jelas. Prinsipal lokal juga wajib memiliki infrastruktur berkualitas dan berlaku adil terhadap semua penerbit kartu kredit. 

Hal inilah yang selanjutnya dijawab oleh Prime Access Card yang diharapkan bukan hanya menjadi prinsipal kartu kredit dan kartu debit lokal, tetapi akan segera menjadi prinsipal kartu debit dan kartu kredit multinasional.